Kamis, 24 Februari 2011

Kehidupan Beragama


A. Kerukunan Dalam Hidup Beragama

1.    Sumsel Contoh Kerukunan Beragama



Provinsi lain di Indonesia harus belajar bagaimana pembinaan kerukunan umat beragama di Sumatera Selatan. Dengan pencapaian saat ini, Sumsel menjadi salah satu contoh secara nasional. Demikian diungkap staf khusus Menteri Agama, Hj Hermalinda ketika bertatap muka dengan para tokoh lintas agama, Pemprov Sumsel, anggota DPR RI dan jajaran Kemenag Sumsel, kemarin.

“Sumsel salah satu daerah yang tidak pernah terdengar konflik antar umat beragama. Karenanya patut jadi contoh dan daerah lain bisa belajar ke sini,” ungkap Hermalinda di aula Kantor Kanwil Kemenag Sumsel.

Menurutnya, kunci dari kerukunan umat beragama adalah komunikasi. Jika komunikasi berjalan baik, maka tidak akan terjadi salah persepsi. Dan menurutnya, Sumsel sudah melaksanakan itu dengan baik karena terjalin koordinasi yang semestinya antara ormas keagamaan, antar umat beragama, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta pemerintah.

2.     RUU Kerukunan Umat Beragama


Jakarta. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan dukungan terhadap rencana pemerintah menyusun Rancangan Undang Undang Kerukunan Antar Umat Beragama (RUU KAUB).  Ketua MUI Bidang Kerukunan Antarumat Beragama, Slamet Effendi Yusuf mengatakan, UU itu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan adanya regulasi dan menghindari benturan kepentingan.

"Apapun namanya, kami mendukung karena pengaturan hal-hal itu belum sampai tingkat Undang Undang, hanya ada pada Peraturan Bersama Menteri dan Surat Keputusan Menteri," kata Slamet di kantor MUI, seusai menggelar pertemuan pimpinan ormas membahas kerukunan antarumat bergama.

"Kita menginginkan adanya peraturan perundang-undangan yang secara institusional dan secara yuridis pengaturannya dalam undang-undang," tambahnya.
Direktur International Crisis Group Indonesia Sidney Jones dalam kesempatan yang sama mengatakan, membentuk suatu undang-undang baru yang mengatur kerukunan antar umat beragama tidaklah cukup meningkatkan toleransi antar umat bergama di Indonesia. 
Kecuali, para pelaksana Undang-undang mulai mengamalkan undang-undang tersebut dengan sebaik-baiknya."Masalahnya bukan di undang-undang, tapi orang yang menerapkan undang-undang itu," kata Jones. 
Seperti diberitakan, Kementrian Agama sebelumnya mengungkapkan akan membahas RUU KAUB pada 2011. Kementrian menyatakan, diperlukan telaah akademis dan penelitian studi kasus dalam penggodokan konsep RUU ini.
3.     Pansus Kerukunan Umat Beragama

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bakal mendesak DPR untuk membuat panitia khusus soal kerukunan umat beragama. Pansus ini diharapkan akan membuahkan peraturan perundangan yang mengatur soal kehidupan dan kerukunan umat beragama di Indonesia.
"Nanti akan dirapatkan apakah bentukannya interpelasi atau angket," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Ahmad Basarah kepada wartawan di Jakarta, Jumat 11 Februari 2011.
Dalam pernyataan sikapnya, PDI Perjuangan melihat insiden penyerangan terhadap Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandenglang, Banten dan perusakan gereja di Temanggung, Jawa Tengah sebagai bukti nyata pembiaran yang dilakukan pemerintah. Untuk itulah diperlukan sebuah kajian agar dapat menjadi solusi atas persoalan tersebut.
Partai ini juga mencermati soal desakan pembubaran organisasi-organisasi masyarakat yang seringkali melakukan kekerasan. Partai berlambang banteng ini bahkan menuntut lebih keras, agar ormas yang berhaluan kekerasan itu harus dinyatakan sebagai ormas terlarang.
"Berbuat kekerasan itu dilarang dalam konstitusi," ujarnya. Jadi sepatutnya ormas yang melakukan tindak kekerasan, "Harus dinyatakan sebagai ormas terlarang."
4.     Pekan Kerukunan Antar Umat Beragama Sedunia

JAKARTA- Sejumlah tokoh agama, tokoh nasional, dan ratusan umat dari berbagai agama seluruh Indonesia merayakan Pekan Kerukunan Antar-Umat Beragama Sedunia (The World Interfaith Harmony Week) di Jakarta.
"Acara ini merupakan agenda resmi PBB yang bertujuan untuk mengkampanyekan pentingnya kesadaran kehidupan antaragama yang harmonis," kata Ketua Presidium Inter-Religious Council (IRC) Indonesia, Prof Dr Din Syamsuddin, dalam sambutannya di Istora Senayan Jakarta, Minggu (6/2).

Din menambahkan acara itu juga menjadi wahana untuk mempertemukan tokoh lintas agama dalam menghadapi berbagai persoalan sosial dan kebangsaan.
Di Indonesia sendiri, acara tersebut digelar di Istora Senayan Jakarta dan dihadiri oleh tokoh agama, tokoh nasional, ratusan umat bergama, serta artis-artis nasional.
Pada kesempatan itu hadir Ketua MPR RI, Taufik Kiemas, Ketua DPR RI Marzuki Alie, Ketua DPD RI Irman Gusman, serta Sekjen Religions for Peace New York, William F. Vendley.
"Semoga acara ini bisa memberikan pesan kepada seluruh umat di Indonesia, mari sebagai bangsa yang majemuk, kita tetap menjalin persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang besar," kata Din Syamsudin.

Din menambahkan kegiatan itu dimaksudkan untuk mengakhiri perjalanan panjang pertikaian antaragama dan kekerasan sehingga umat beragama dapat hidup layak dan damai tanpa perang maupun kekerasan.
Perayaan itu merupakan inisiatif Raja Jordan Abdullah II dan Pangeran Ghazi bin Muhammad yang diajukan pada September 2010 dalam The Annual Meeting of the UN General Assembly.
"Dalam mendukung program PBB itu, IRC Indonesia sebagai wadah berhimpunnya tokoh-tokoh lintas agama menyelenggarakan perayaan tersebut di Indonesia," katanya.
Sementara itu, Sekjen Religions for Peace New York, William F. Vendley, menyambut baik acara tersebut dan berharap seluruh pihak di Indonesia bekerja sama untuk menciptakan perdamaian.
"Hari ini, Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bagaimana hidup bersama dalam harmoni," kata Vendley.

IRC Indonesia yang dideklarasikan pada 29 Januari 2011 itu juga menghadirkan beragam pertunjukan antara lain barongsai, baleganjur, marawis, marching band, dan tari kecak.
5.     Jaga Kerukunan Umat Beragama

Bandung - Cendikiawan Muslim KH Jalaluddin Rakhmat berharap peringatan Maulid Nabi 1432 Hijriah ini bisa dijadikan sebagai momen untuk memperbaiki kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Umat Islam khususnya harus bisa mencontoh perilaku Nabi.
"Nabi itu kan orang yang sangat pemaaf, banyak senyum, dia tidak menyukai tindakan kekerasan. Mestinya sosok Nabi yang seperti itulah yang harus kita sebarkan," ujarnya usai Diskusi 'Tebarkan Senyum Sang Nabi' di Pusdai, Jalan Diponegoro, Selasa (15/2/2011).
Menurutnya, banyak hal yang bisa diambil dari sosok Nabi, terutama dalam mengatasi konflik antar umat beragama yang sedang memanas di Indonesia.
"Kata Nabi juga tidak ada paksaan dalam agama. Biarkanlah mereka memilih agamanya masing-masing. Sekarang kita yang bukan nabi memaksa Ahmadiyah untuk jangan mengaku islam, kita hakimi mereka murtad. Kalau sudah murtad ya tidak usah diganggu," tegasnya.
Ia juga menyarankan, ke depan, seharusnya Peringatan Maulid Nabi itu bisa bekerjasama dengan umat beragama lainnya, agar tercipta kerukuran antar umat beragama.
"Misalnya membagikan sembako bekerjasama dengan gereja-gereja, atau dengan umat Budha. Kita sama-sama memusuhi kezaliman," ujarnya yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI).
B. Perselisihan Dalam Hidup Beragama

1.     Kerusuhan Poso

Kerusuhan Poso adalah sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah yang melibatkan kelompok Muslim dan Kristen. Kerusuhan ini dibagi menjadi tiga bagian . Kerusuhan Poso I (25-29 Desember 1998), Poso II (17-21 April 2000), dan Poso III (16 Mei - 15 Juni 2000). Pada 20 Desember 2001 Keputusan Malino ditandatangani antara kedua belah pihak yang bertikai dan diinisiasi oleh Jusuf Kalla dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Kerusuhan ini dipicu oleh terjadinya penganiayaan di mesjid Darusalam Kel. Sayo terhadap korban yang bernama Ridwan Ramboni, umur 23 tahun, agama Islam, suku Bugis Palopo yang dilakukan oleh Roy Runtu Bisalemba, umur 18 tahun, agama Kristen Protestan, suku Pamona. Akibat penganiayaan korban mengalami luka potong dibagian bahu kanan dan siku kanan,selanjutnya dirawat di RSU Poso.
2.     Konflik Islam-Kristen di Nigeria

Pasukan keamanan Nigeria melakukan patroli di Kota Jos, menyusul bentrok berdarah antara kaum Kristen dan Islam. Sedikitnya 26 orang tewas dan 100 lainnya terluka.
Menurut The Assosiated Press, konflik bermula dari ulah para pemuda Muslim menembakkan senjata ke arah gereja yang dipadati umat Kristiani. Selanjutnya kerusuhan berlanjut, sejumlah masjid dan rumah terbakar. Namun dalam laporannya, kantor berita AFP menyebutkan para pelaku baik penyerang gereja dan pembakar masjid tidak ditahan.
Polisi mengatakan, Senin, kini situasi sudah bisa diatasi. "Pasukan keamanan sukses mengatasai keadaan, situasi kota aman," kata Mohammed Lerema, juru bicara kepolisian Negara Bagian Palteau kepada AFP.
Jos adalah ibu kota Palteau dengan penduduk 500 ribu. Akhir-akhir ini kerap disulut konflik agama. November 2008 lalu, ratusan orang tewas di Jos dalam pertempuran dua hari yang berbau agama. Konflik itu bermula dari kekalahan Partai Rakyat Muslim Nigeria melawan partai politik yang didominasi Kristen, Partai Demokratik Rakyat.
Sumber pemerintahan menyebutkan, akibat konfilk tersebut 200 orang kehilangan nyawa namun sumber lain mengatakan jumlahnya dua kali lipat.
Bulan lalu, sediktinya 40 orang tewas akibat bentrok antara petugas keamanan melawan kelompok keagamaan di negara bagian Bauchi. Penduduk Nigeria memeluk agama Kristen dan Islam, namun secara tradisionalnya sesungguhnya mereka animis.
3.     Konflik Antar Umat Beragama

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengungkapkan, hanya 30 persen konflik berbau agama yang murni karena persoalan agama. Selebihnya merupakan konflik non agama yang direkayasa sedemikian rupa sehingga seolah-olah murni karena masalah agama.
Konflik agama banyak sekali terjadi dan ini mengakibatkan suatu kekacauan yang luar biasa bentuknya di suatu negara. Kekacauan ini dapat menimbulkan gejolak yang dapat menumbangkan pertahanan suatu negara. Bahkan dengan adanya konflik sebenarnya sudah sangat merugikan negara itu sendiri baik secara materil maupun secara jiwa.
4.     Kerusuhan Maluku

Kerusuhan Ambon (Maluku) yang terjadi sejak bulan Januari 1999 hingga saat ini telah memasuki periode kedua, yang telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang cukup besar serta telah membawah penderitaan dalam bentuk kemiskinan dan kemelaratan bagi rakyat di Maluku pada umumnya dan kota Ambon pada khususnya.
Kerusuhan Ambon (Maluku) yang semula menurut pemahaman kalangan masyarakat awam sebagai sebuah tragedi kemanusiaan yang disebabkan oleh suatu tindak/peristiwa kriminal biasa, ternyata berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan adalah merupakan sebuah rekayasa yang direncanakan oleh orang atau kelompok tertentu demi kepentingannya dengan mempergunakan isu SARA dan beberapa faktor internal didaerah (seperti kesenjangan ekonomi, diskriminasi dibidang pemerintahan dll) untuk melanggengkan skenario yang ditetapkan.
Peristiwa kerusuhan di Ambon (Maluku) diawali dengan terjadinya perkelahian antara salah seorang pemuda Kristen asal Ambon yang bernama J.L, yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkot dengan seorang pemuda Islam asal Bugis, NS, penganggur yang sering mabuk-mabukan dan sering melakukan pemalakan (istilah Ambon "patah" ) khususnya terhadap setiap sopir angkot yang melewati jalur Pasar Mardika – Batu Merah.
Saat itu tanggal 19 Januari 1999, masih dalam hari raya Idul Fitri (hari kedua), pemuda Bugis NS bersama temannya seorang pemuda Bugis lain bernama T, melakukan pemalakan di Batu Merah terhadap pemuda Kristen J.L selama beberapa kali ketika J.L mengendari angkotnya dari jurusan Mardika – Batu Merah. Namun permintaan kedua pemuda Bugis tersebut tidak dilayaninya, karena J.L belum mempunyai uang, mengingat belum ada penumpang yang dapat diangkutnya, karena hari itu hari raya Idul Fitri.
Permintaan dengan desakan yang sama dilakukan oleh pemuda NS hingga kali yang ketiga saat pemuda Ambon J.L berada di terminal Batu Merah, malah pemuda Bugis NS tidak segan-segan mengeluarkan badiknya untuk menikam pemuda Ambon J.L. Untunglah J.L sempat menangkisnya dengan mendorong pintu mobilnya.
Merasa dirinya terancam, pemuda J.L langsung pulang ke rumahnya mengambil parang (golok) dan kembali ke terminal Batu Merah. Disana ia masih menemukan pemuda Bugis NS bersama temannya T. Ia kemudian memburunya, dan NS kemudian berlari masuk ke kompleks pasar Desa Batu Merah.
NS kemudian ditahan oleh warga Batu Merah, dan ketika ia ditanya apa permaslahannya, maka ia (NS) menjawab bahwa, "ia akan dibunuh oleh orang Kristen".
Jawabannya ini kemudian yang memicu kerusuhan Ambon, dengan munculnya warga Muslim dimana-mana untuk menyerang warga Kristen dan sebaliknya juga warga Kristen yang muncul untuk mempertahankan diri.
5.     Papua Terancam Konflik Agama

“Di Papua ada potensi konflik antaragama dan golongan, karena hubungan antara muslim dan kristen di kawasan itu makin tegang.” Demikian tertera di laporan International Crisis Group (ICG). Menurut Thaha Muhammad Alhamid, Sekjen Presidium Dewan Papua, di Papua belakangan ini berdatangan apa yang disebut orang (sebagai) ‘Kristen Baru’ dan ‘Muslim Baru’. Mereka ini beraliran keras dan bisa menyulut konflikseperti yang pernah terjadi di Maluku.
Secara terbuka, memang konflik itu belum kelihatan, tapi potensi itu ada. Karena memang terakhir ini, atau paling tidak dalam sepuluh tahun terakhir, kita kenal, mungkin istilah yang pas adalah ‘Islam Baru’ dan ‘Kristen Baru’, yang ada di Papua memang menunjukkan gejala-gejala atau tanda-tanda yang jelas, bahwa ruang perbedaan itu semakin tajam, semakin terbuka.
Kita lihat tiba-tiba tumbuh di tanah Papua ini berbagai kelompok pengajian yang eksklusif, kemudian ada juga gereja-gereja seperti di Sorong yang sangat mewah dan tidak banyak masyarakat Papua yang masuk di situ. Kemudian juga ada pesantren-pesantren yang tiba-tiba bermunculan, bahkan banyak dipertanyakan. Kenapa ada pesantren di komunitas yang non muslim? Juga organisasi seperti Hizbut Tahrir, kemudian juga ada kelompok-kelompok Salafi dan lain-lain. Itu sangat jelas sekali di Sorong, di daerah-daerah seperti Manokwari juga di Fakfak, di Kaimana dan di Jayapura.
Papua berada di puncak kekhawatiran, dan ini kalau memang ada trigger (penyulut, red), bisa meledak. Satu contoh misalnya ketika tahun yang lalu rencana pembangunan masjid raya di Manokwari yang kemudian ditentang dengan sangat keras oleh saudara-saudara kaum nasrani. Dan sesudah itu muncul apa yang dikenal dengan Perda Kota Injil. Itu juga direspon beragam oleh beberapa kelompok-kelompok garis keras dari muslim yang berada di luar Papua. Mereka itu merespon dengan pandangan jihad.
C.  Kesimpulan
Sebenarnya kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki beraneka ragam agama seharusnya mampu beradaptasi satu dengan lainnya, dan bukan malah mau menang sendiri. Sikap ingin menang sendiri inilah yang sedang menguasai banyak penganut agama di dunia ini, termasuk di Indonesia sehingga perbuatan mereka menjadi brutal dan haus akan kemenangan di pihak mereka. Mereka harus selalu menang, meskipun mereka itu salah dan dapat dikatakan pula mereka sesat. Ini juga menunjukkan bahwa banyak diantara kita yang memiliki hati nurani yang tumpul, mereka tidak akan pernah mau mendengar apa kata hati nurani, sehingga mereka jatuh dalam jurang konflik. Dan maka dengan itu, marilah kita selalu rukun dalam beragama. Janganlah kita mencampuri urusan agama lain dan jangan mengganggu kegiatan agama lain. Dengan berbuat tidak semena-mena maka kerukunan hidup beragama itu pasti akan muncul. Bila kita hidup dalam kerukunan, kita pasti sudah senang-senang saja. Karena bila ada pertikaian, pastilah ada pertumpahan darah di sana. Maka marilah bersama-sama kita bangun bangsa Indonesia yang bebas dari perselisihan dan bangun bangsa yang rukun dan bersatu.

2 komentar: