Kamis, 03 Maret 2011

Gadis Penjual Korek Api


Malam tahun baru itu dingin sekali. Salju turun terus-menerus. Lisa berdiri di pinggir jalan sambil menawarkan korek api kepada orang-orang yang lewat.
“Korek api, korek api. Maukah anda membeli korek apiku?”
Tetapi, tak ada yang berhenti untuk membeli korek api Lisa. Mereka terus saja berjalan melewatinya.
Salju turun semakin lebat. Lisa ingin sekali pulang kerumah. Tetapi, ia takut dipukul ayahnya kalau pulang tanpa menjual korek api. Lisa pun berjalan menyusuri kota. Sambil meniup tangannya yang dingin, ia terus menawarkan korek apinya. Namun, tetap saja tak ada yang mau membelinya.
Sejak pagi Lisa belum makan apa-apa, perutnya keroncongan. Pada saat berjalan, tercium olehnya bau masakan yang lezat. Ia ingin segera pulang.
          Lisa menyeberangi jalan tanpa menengok ke kiri dan ke kanan. Pada saat itu sebuah kereta kuda sedang melaju dengan kencang. Lisa sangat terkejut. Ia berusaha menghindar, tapi ia jatuh terjerembap ke jalan. Batang-batang korek apinya yang berharga itu berhamburan kemana-mana. Dengan tangannya yang mulai membeku, Lisa mengorek-ngorek salju untuk mencari korek apinya. Tanpa disadarinya, sebelah sepatunya terlempar ke seberang jalan.
          Ketika sadar, Lisa segera mencarinya. Namun terlambat. Seorang anak nakal mengambil sepatu itu dan membawanya lari. Akhirnya Lisa berjalan dengan bertelanjang kaki. Padahal, salju terus saja turun dan hari semakin gelap. Tak seorang pun yang berani keluar rumah dalam cuaca sedingin itu. Dari jendela setiap rumah, Lisa dapat melihat cahaya yang bersinar terang. Dari dalam terdengar suara tawa gembira anak-anak yang sedang menikmati masakan ibunya.
          Kaki Lisa menjadi biru karena beku. Ia ingin segera pulang. Namun, ia takut, karena tak satu pun korek apinya yang terjual. Lisa semakin lelah. Lalu ia memutuskan untuk beristirahat. Lisa duduk di atas trotoar sambil meniup tangan dan kakinya yang dingin. Namun usahanya itu tak membuat tubuhnya menjadi hangat.
          Kemudian ia menggoreskan sebatang korek api ke dinding. Crat! Korek itu menyala. Tiba-tiba dari tengah cahaya korek api muncullah sebuah tungku pemanas yang kelihatannya hangat. Namun ketika ia akan menghangatkan diri, tiba-tiba tungku pemanas itu menghilang. Ditangannya hanya ada korek api yang telah terbakar.
          Kemudian Lisa menyalakan lagi batang korek apinya yang kedua. Crat! Korek api ini menyala lebih terang daripada korek yang pertama. Kali ini muncul makanan-makanan yang kelihatan sangat lezat. Namun ketika ia hendak mengambil makanan itu, korek apinya mati. Makanan-makanan lezat itu pun menghilang. Didepannya hanya ada tembok yang hangat.
          Lisa menyalakan korek apinya yang ketiga. Craat! Korek api itu bersinar terang. Muncullah sebuah pohon natal yang indah. Pohon terang itu dihiasi lilin yang banyak sekali. Sekali lagi Lisa menjulurkan tangannya ntuk meraih pohon natal itu. Namun lagi-lagi korek apinya mati. Hanya sinar lilin itu yang tidak lenyap. Lilin-lilin itu bersinar terang dan terbang ke angkasa. Akhirnya cahaya lilin itu berubah menjadi bintang yang berkelap-kelip di langit. Lisa melihatnya seperti pohon natal yang besar di langit. Tiba-tiba Lisa melihat bintang jatuh. Ia teringat kembali apa yang dikatakan oleh ibunya sewaktu ia masih kecil.
“Kalau ada bintang jatuh, pasti ada jiwa manusia yang kembali kepada Tuhan,” kata ibunya.
Lisa pun rindu dan ingin bertemu dengan ibunya.
          Lisa menyalakan korek apinya yang keempat. Craat! Korek api itu bersinar terang. Tiba-tiba neneknya muncul di hadapannya. Lalu Nenek pun mendekap erat Lisa, seakan tak ingin melepaskannya. Lisa pun mengadukan kesedihan dan penderitaan yang dialaminya kepada neneknya. Sambil menangis, Lisa memohon agar neneknya tidak meninggalkannya. Tetapi, tiba-tiba cahaya korek apinya mulai memudar. Sosok neneknya menjadi kabur. Lalu cepat-cepat ia mengeluarkan segenggam korek apinya. Ia pun segera menyalakan segenggam korek apinya. Craatt! Korek api itu menyala terang sekali, lebih terang daripada sebelumnya. Sosok neneknya kembali jelas terlihat.
          Neneknya tersenyum dan mendekap tubuh mungil Lisa erat-erat. Tiba-tiba dari langit nampak sebuah jalan sinar yang terang. Sambil berpelukan, mereka berdua pergi ke surga di tengah-tengah sinar itu. Lisa merasa dadanya sesak karena bahagia. Lalu ia memejamkan matanya. Demikinlah ia kembali kepada Tuhan, terbang menuju bintang di langit.
          Sementara itu hari telah berganti pagi. Lonceng berdentang menyambut datangnya tahun baru. Orang-orang yang berjalan kaki menemukan seorang anak terkapar di emperan toko. Seorang dokter segera datang menolong. Namun tubuh anak perempuan itu telah membeku. Ia tampak seperti tidur. Pipinya merah seperti apel dan ia tersenyum manis. Disekelilingnya berserakan puntung korek api dan tangannya masih menggenggam puntung korek api.
          Semua orang menangis dan menyesali kematian Lisa. Salah seorang ibu berusaha memeluk tubuh yang telah membeku itu sambil menangis. Ia tak lain adalah salah satu dari mereka yang kemarin menolak untuk membeli korek api Lisa.
“Maafkan aku! Seandainya aku membeli korek apimu, pasti hal ini tak perlu terjadi,” sesal ibu itu.
          Mendengar hal itu, mereka yang tidak membeli korek api dari Lisa merasa dadanya sesak karena sedih. Kemudian mereka membawa jasad Lisa ke gereja. Mereka semua mendoakan kebahagiaan untuknya. Namun, tak ada yang tahu kalau Lisa telah melihat hal-hal yang menyenangkan dalam cahaya korek apinya. Tak seorang pun yang tahu kalau sekarang Lisa telah hidup berbahagia di surga bersama ibu dan neneknya.


---------------The End----------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar