Kamis, 03 Maret 2011

Lutung Kasarung


Zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Tapa Agung. Sudah berhari-hari ini Prabu Tapa Agung terlihat sedang bingung. Tampaknya ada hal berat yang dipikirkannya. Memang, prabu Tapa Agung sudah berniat untuk lengser keprabon atau turun tahta karena merasa sudah tua. Namun dia bingung menentukan siapa penggantinya. Jika menuruti hukum adat maka seharusnya putri Purbararang sebagai putri tertua yang harus menggantikannya. Tapi putri Purbararang terkenal sebagai putri yang sombong dan culas. Dia juga sering memutuskan sesuatu tanpa meikirkan akibatnya terlebih dahulu sehingga sering menimbulkan kekacauan. Prabu Tapa Agung lebih menyukai putri bungsunya yang terkenal sangat arif dan penyayang.
Akhirnya setelah mempertimbangkan masak-masak, prabu Tapa Agung memutuskan untuk menyerahkan tahtanya kepada putri Purbasari. Putri purbararang sangat marah dengan keputusan tersebut. Dia merasa lebih berhak daripada adiknya. Dia menceritakan hal tersebut kepada tunangannya, pangeran Indrajaya.
“Ayahanda pilih kasih, kenapa dia memilih Purbasari untuk jadi ratu? Akut tidak terima! Aku harus menghentikannya” gerutunya.
Putri Purbararang menemui Ni Ronde seorang dukun jahat. Dia meminta Ni Ronde untuk memanterai putri Purbasari. Di istana terjadi kehebohan. Kulit putri Purbasari yang awalnya mulus tiba-tiba menjadi bertotol-totol hitam dan gatal. Prabu Tapa Agung sangat heran melihat keadaan putri kesayangannya yang berubah tiba-tiba.
“Pasti para leluhur marah karena ayahanda tidak mengikuti hukum yang berlaku. Bukankah sudah jelas bahwa anak tertualah yang harus jadi raja. Sekarang lihat saja purbasari jadi dikutuk. Jangan-jangan sebentar lagi kerajaan ini juga kena kutukan!” kata putri Purbararang.
Prabu Tapa Agung dengan berat hati memutuskan untuk mengasingkan putri Purbasari ke hutan agar kerajaan terbebas dari kutukan. Putri Purbasari dengan besar hati menerima keputusan itu. Dengan ditemani seorang patih, putri purbasari pergi ke hutan. Di sana patih yang baik hati mendirikan sebuah pondok untuk putri tinggal, sementara dia kembali ke kerajaan.
Sementara itu di kahyangan Guru Minda melakukan kesalahan berat yang menyebabkan ia dikutuk dan harus turun ke bumi. Maka turunlah ia ke bumi dengan berwujud seekor lutung. Suatu hari ketika lutung sedang berjalan di hutan, dilihatnya seorang gadis sedang duduk sendirian di sebuah pondok. Gadis itu sangat cantik, sayang kulitnya jelek sekali, bertotol-totol hitam. Gadis itu menyadari kehadiran lutung dan tersenyum. Sejak saat itu lutung yang dipanggil si Utung itu selalu menemani putri Purbasari. Putri senang memiliki teman, apalagi lutung ternyata bisa berbicara sehingga putri Purbasari tidak merasa kesepian. Suatu hari si Utung membawa putri Purbasari ke sebuah danau yang berair sangat jernih. Disuruhnya putri Purbasari untuk mandi. Tiba-tiba terjadi keajaiban. Begitu putri Purbasari berendam di telaga itu, totol-totol di kulitnya langsung lenyap hingga kulitnya kembali bersih dan mulus.
Sementara itu Prabu Tapa Agung sangat rindu kepada putri kesayangannya. Maka dia memerintahkan patih untuk melihat keadaan putri Purbasari di hutan. Alangkah gembiranya ketika dia mendengar kabar bahwa putri Purbasari telah sembuh dari penyakitnya.
“Kalau begitu aku akan membawanya kembali ke istana,” kata prabu Tapa Agung.
Putri Purbararang yang posisinya terancam merasa khawatir. Dia berusaha membujuk ayahnya untuk tidak membawa kembali putri Purbasari. Namun keputusan prabu Tapa Agung sudah bulat. Akhirnya putri Purbararang meminta untuk diadakan sayembara. Pemenangnya akan menerima tampuk kerajaan sedangkan yang kalah harus dihukum pancung. Prabu Tapa Agung terpaksa mengikuti keinginan putri tertuanya itu.
Putri Purbasari yang ditantang pleh putri Purbararang juga terpaksa menyetujuinya meski tidak yakin akan menang. Tapi si Utun terus menyemangatinya dan berjanji akan menolongnya.
Akhirnya tiba hari perlombaan.
Perlombaan pertama adalah memasak. Masakan yang paling cepat disajikan dan paling lezat akan menang. Putri Purbararang dibantu puluhan pelayan sementara putri Purbasari hanya ditemani si Utun. Tanpa sepengetahuan siapapun si Utun meminta bantuan para bidadari utnuk membantu putri Purbasari sehingga masakannya selesai dalam sekejap dan rasanya sangat lezat.
Perlombaan kedua adalah adu panjang rambut. Para pelayan mengurai rambut putri Purbararang dan mengukurnya. Sementara putri Purbasari juga mengurai rambutnya dan para pelayan mengukurnya. Ternyata rambut putri Purbasari lebih panjang 5 cm dari rambut kakaknya.
“Baiklah, kau menang!” kata putri Purbararang. “Tapi masih ada satu lomba lagi. Kali ini jika aku kalah aku akan menyerahkan tahta kepadamu, tapi kalau kau kalah kau harus dihukum!”
Putri Purbararang tersenyum licik.
“Sekarang mari kita adu ketampanan pasangan kita!” katanya sambil menarik tangan pangeran Indrajaya. “Sudah pasti pasanganku lebih tampan karena pasanganmu hanya seekor lutung.”
“Nah sekarang kau harus menerima hukumanmu!” katanya.
“Tunggu!” teriak si Utun.
Tiba-tiba tubuh si Utun dipenuhi asap. Dan ketika asap itu hilang, berdirilah seorang pemuda yang sangat gagah dan tampan. Semua yang hadir memandan dengan terpana.
“Aku adalah Guru Minda, pasangan putri Purbasari,” kata pemuda tampan itu. “Silahkan nilai kembali siapa yang lebih tampan. Aku atau pangeran Indrajaya?”
Semua menunjuk Guru Minda sebagai pemenangnya, maka putri Purbararang terpaksa mengaku kalah. Namun karena putri Purbasari sangat baik hati, maka dia tidak menghukum putri Purbararang. Dia bahkan mengijinkan kakaknya untuk tetap tinggal di istana bersamanya. Akhirnya di bawah pimpinan putri Purbasari dan si Utun, negeri itu hidup makmur dan sentosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar